Peribahasa Jawa "Ngundhuh wohing pakerti" menjadi sebuah ungkapan bijak yang penuh hikmah, mengajarkan manusia untuk merenungkan dampak dari setiap tindakan yang dilakukan. Dengan kata lain, peribahasa ini mengandung arti bahwa kita akan memetik buah dari perbuatan kita sendiri. Peribahasa ini terdiri dari tiga kata kunci, yakni "Ngundhuh" yang berarti memetik, "Wohing" yang bermakna buah, dan "Pakerti" yang mengacu pada perbuatan.
Gabungan kata-kata ini menciptakan sebuah ajaran moral yang mendalam, mengingatkan kita akan prinsip keadilan dan hukum sebab-akibat dalam kehidupan. Secara harfiah, peribahasa ini mengandung pesan bahwa setiap tindakan kita akan menghasilkan konsekuensi, baik itu dalam bentuk positif maupun negatif. Ini merupakan cerminan dari nilai-nilai kebaikan dan kejahatan yang tercermin dalam berbagai ajaran agama dan moral di seluruh dunia.
Peribahasa ini juga memiliki relevansi yang kuat dalam konteks sosial dan politik. Dalam masyarakat, sikap saling menghormati, membantu sesama, dan menjaga hubungan baik menjadi kunci keharmonisan. Begitu pula dalam konteks negara, ketaatan pada hukum dan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa menjadi jaminan akan perlindungan, kesejahteraan, dan keadilan.
Peribahasa Jawa ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dan bertanggung jawab atas setiap kata dan perbuatan. Kebaikan yang kita tanam akan menjadi buah yang manis, sementara tindakan buruk akan mendatangkan konsekuensi yang sepadan. Oleh karena itu, memahami dan menerapkan makna peribahasa ini dapat menjadi landasan moral yang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Ngundhuh wohing pakerti bukan sekadar peribahasa, melainkan sebuah petuah bijak yang mengajarkan manusia untuk menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka. Dengan memetik buah dari perbuatan sendiri, manusia diingatkan akan tanggung jawab moralnya dalam menjalani kehidupan ini,
Jaga hati jaga mulut jaga tangan. Karena semua hal punya hak untuk diperlakukan. Tak perlu sembarangan berbicara bila tidak ada manfaatnya. Tak perlu melakukan hal yang sia-sia sebab semua ada pertanggungjawabannya. Dan tak perlu menyimpan dendam dalam hati, sebab semua keburukan akan terbalas pada waktunya, demikian juga kebaikan. Berusahalah untuk berbuat baik. Karena perbuatan baik akan kembali baik, meskipun kemblinya tidak secara kontan. Sebab semua orang akan merasakan manfaat atau madhorot dari perbuatanya.